Kamis, 23 April 2009

mari selamatkan bumi


hari bumi sudah diperingati, tapi kondisi bumi tidaklah menjadi lebih baik. berikut ini adalah analisa dan perenunganku yg awam tentang ancaman perubahan iklim yg sudah menggerogoti bumi juga kehidupan yg disokongnya. karena masih awam, mungkin tulisan ini akan mengecewakan anda yg membacanya. karena itu, saran dan kritik silakan dialamatkan... :)

........................................................................................................................................................................

kemarin, rabu, 22 April merupakan hari berlabel hari bumi sedunia yg diperingati secara global. masyarakat dunia, terutama para aktivis lingkungan hidup banyak yg turun kejalan, naik panggung, bersandiwara membawa pesan betapa bumi kini sedang kritis dan perlu segera utk diselamatkan. namun, meskipun setiap tahun diperingati, adakah kita dengar bumi kabarnya semakin baik kesehatannya?, tidak sobat, bumi tak pernah menjadi lebih baik, malah kualitas lingkungan hidup kian hari kian menurun. meskipun tahun depan ditanggal dan bulan yg sama, aktivis2 lingkungan hidup itu kembali unjuk diri membawa suara hati bumi, tetap aja takkan banyak yg berubah. sebab, tak ada usaha kita, penghuni bumi yg benar2 signifikan pengaruhnya dalam misi penyelamatan bumi.

kita semua tentu sudah tau, baik dr berita2 yg kita baca dr media cetak, yg kita dengar dr media elektronik, maupun informasi dr mulut kemulut bahwasanya bumi sekarang ini sedang menghadapi bahaya pemanasan global. bahkan, kita mungkin sudah hampir bosan mendengar istilah yg ditelinga awam sungguh terdengar keren ini. sejak era revolusi industri bergulir, nasib bumi memang semakin buruk. gas2 buangan industri sbg ampas dr pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas, dan batu bara menumpuk diangkasa. gas2 buangan itu seperti CO2, metana, CFC, O3, dan lainnya menghadang cahaya matahari yg secara reflek dan natural dipantulkan kembali oleh bumi, sehingga terjadilah efek rumah kaca itu. efek rumah kaca menyebabkan suhu dipermukaan bumi semakin panas, yg kemudian disebut orang sebagai pemanasan global. dan sebagai konsekuensinya, perubahan iklim dunia tak bisa dihindari. perubahan iklim inilah yg menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan kehidupan dibumi saat ini juga dimasa yg akan datang.

memang, kita semua sudah berupaya. berbagai usaha telah dilakukan baik oleh individu maupun pemerintah diseluruh dunia. yg paling familiar kita dengar adalah penanaman sejuta pohon secara nasional tahun 2008 yg lalu, hingga acara puncak konferensi dunia utk perubahan iklim Desember 2008 yg dihadiri oleh pemimpin2 dunia utk mencari solusi dlm mensiasati perubahan iklim tsb. namun, seperti yg kita lihat, tak ada perkembangan yg berarti utk kebaikan bumi.
penanaman pohon emang salah satu solusi yg baik, tapi bukanlah yg terbaik. pohon, melalui daun2 nya emang bisa menarik CO2, tapi tidak bisa berbuat apa2 thd gas2 rumah kaca yg laen. sedangkan resolusi yg dihasilkan dalam konferensi di Bali itu tak banyak kita dengar pelaksanaannya. earth hour, 28 Maret itu jelas tak sebanding dg 364 hari 23 jam yg laen. maka, nasib bumi pun semakin tak jelas akan berakhir seperti apa.

mata rantai penyebab perubahan iklim ini sudah jelas adalah bersumber dr gas2 rumah kaca itu. ibarat penyakit yg timbul akibat virus, tentu kita harus membunuh virus nya kalo mau sembuh. namun, ini memang sulit sobat. tak mungkin rasanya bagi kita manusia menghentikan penggunaan thd bahan bakar fosil yg selama ini telah menyokong kehidupan manusia. apalagi, negara2 didunia berlomba-lomba utk menjadi negara industri yg maju, sehingga penggunaan thd bahan bakar fosil tak kan pernah berkurang, yg ada malah semakin meningkat dan tak terkendali, sehingga malapetaka berwujud perubahan iklim berikut akibat2 yg ditimbulkannya tak kan jauh2 dr kehidupan manusia. sehingga kedepan, masih akan kita dengar lagi, nyawa manusia yg melayang sia2 akibat bencana2 alam.

oleh sebab itu, demi keberlangsungan hidup manusia kedepan, penggunaan bahan bakar fosil sebisa mungkin diminimalisir. dan adalah tantangan bagi orang2 jenius diseluruh dunia utk menemukan sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan. aku rasa, solusi terbaik memang terletak dienergi hijau ini. namun sayang, hingga saat ini belum ada penemuan penting yg bisa menggantikan peran bahan bakar fosil secara menyeluruh. namun begitu, semangat utk menemukan energi hijau ini tak boleh surut, demi kehidupan yg lebih baik, pihak2 yg berkompeten dg didukung oleh pemerintah diharapkan dp terus melakukan penelitian2 hingga sumber energi hijau itu bener2 dp digunakan.
di Indonesia sendiri, aku pernah baca bahwa pemerintah terus mendorong upaya utk mengembangkan energi alternatif ini. misalnya utk pembangkit listrik, sudah mulai menggunakan energi panas bumi sebagai bahan bakarnya, begitu juga pembangunan pabrik biofuel terbesar didunia yg dibangun oleh putra/i Indonesia sendiri, yaitu PT Rekayasa Industri (Rekin). tentu ini menjadi semacam angin segar bagi Indonesia, sebuah negara kepulauan yg menghadapi ancaman paling nyata dr perubahan iklim dunia, juga sebagai pengobat rasa duka karena cadangan minyak diperut bumi Indonesia kian hari kian menipis.

sedangkan kita umat awam bisa memulai dr diri sendiri. jagalah lingkungan sekitar. tanamlah minimal 1 pohon dihalaman rumah, dan jangan membakar hutan utk membersihkan lahan. bagaimanapun, bumi adalah milik kita bersama, dan karenanya kita harus menjaganya bersama-sama pula dg masyarakat dunia lainnya. semoga bahan bakar fosil dp segera diganti perannya oleh energi hijau yg lebih bisa diterima bumi, dan semoga pihak2 yg senantiasa melakukan perusakan thd alam dp disadarkan nuraninya, dg berbalik ikut menjadi sahabat bagi bumi. demi kelangsungan hidup manusia, demi bumi yg lebih hijau, mari bersama-sama selamatkan bumi.

Selasa, 21 April 2009

2009 milik Demokrat

tak ada keajaiban yg terjadi dihari kamis, 9 April 2009. disenja hari, ketika semua stasiun tv sibuk memposting hasil quick count perolehan suara masing2 partai peserta pemilu legislatif 2009 yg dihelat secara langsung dan dg metode contreng ini. sesuai prediksi, Partai Demokrat berhasil memenuhi target "omset" suara mereka sebesar 20%. sampai detik ini pun partai berlambang segitiga mercy itu tetap nyaman dan aman bercokol dipuncak klasemen sementara perolehan suara baik yg direkap oleh KPU maupun lembaga2 survey independen, tanpa secuilpun bisa dijangkau apalagi disentuh oleh si pohon beringin maupun si moncong putih yg bersaing ketat memperebutkan kursi runner up dg perolehan suara yg sangat ketat. hingga tanggal 20 April, pohon beringin memperoleh 14.606% persen suara, sedangkan si moncong putih menempel ketat dg geram dg menabung 14.09% suara, sedangkan si segitiga mercy tak tersentuh dipuncak dg pangsa 20.486% suara.

lembaga2 survey jauh2 hari sebelum pemilu digelar sudah merilis hasil survey mereka mengenai kira2 sapa yg akan menang dalam pemilu kali ini, dan mereka semua kompak menempatkan partai yg berhaluan nasionalis-religius ini di pole position. tak perlu bertanya kepada mama Lauren ato pengamat politik yg kesohor sekalipun mengenai sebab musabab pasal yg membuat segitiga mercy mampu memenangkan pemilu kali ini. dan pasal itu tak lain tak bukan adalah sesosok tokoh partai tsb yg kini masih menjabat sbg kepala suku republik ini, ialah tokoh yg tenar dg inisial SBY tsb. dg kinerja selama 5 tahun pemerintahannya yg dinilai cukup baik oleh sebagian besar masyarakatnya walaupun dimata oposisi yg tak lain tak bukan adalah simoncong putih, kinerja SBY tidak lah lebih baik dibanding pemerintahan juragan nya di periode sebelumnya (lhaa.. wong dimana2 emang tak ada kinerja pemerintah yg becus dimata oposisi kok). tapi rakyat kini sudah cerdas bung, mereka bisa menilai sendiri, dan biarkan mereka menilai sapa yg lebih baik dr sapa, dan hasilnya bisa kita liat diklasemen perolehan suara tadi.

dg menempatkan SBY sbg model iklan dalam proses sosialisasi dan selama waktu kampanye, dg memflashback dan mengklaim apa2 saja yg sudah dicapai oleh pemerintahannya, segitiga mercy emang memperoleh kesuksesan luar biasa, SBY sanggup meningkatkan brand awareness dan brand image partai. kini, orang menilai partai demokrat tak lain adalah SBY, begitu juga sebaliknya, SBY adalah partai Demokrat itu sendiri, maka tak heran perolehan suara Demokrat melesat jauh dan amat merata diseluruh nusantara.
keberhasilan Demokrat ini tergolong prematur, apa tidak, status Demokrat masihlah "anak kemarin sore", yg usianya aja baru 5 tahun. namun apa daya bung, pesaing2 Demokrat tak benar2 punya figur yg sanggup menyamai popularitas SBY. si pohon beringin hanya punya JK yg popularitasnya lumayan, tapi tetap aja belum sampai kelevel SBY, status JK sebagai RI-2, tak cukup menolong utk menyikut Demokrat yg punya RI-1. sedangkan si moncong putih hanya punya Mega yg meskipun alumni RI-1, tapi ketenarannya sudah berangsur-angsur pudar, Mega hanya berjaya ketika pak Harto lengser, tatkala semua orang tergila-gila dg yg namanya demokrasi. alhasil, Mega yg punya satu2nya partai berlabel demokrasi waktu itu memetik manfaat yg luar biasa dg menjadi jawara di 1999. sedangkan Gerindra dan Hanura yg komandannya masing2 adalah jenderal berpengaruh dizaman orba dan sama2 alumni Golkar mencoba peruntungan menjadi batu sandungan bagi ketiga partai besar tsb, tapi ternyata masih jauh panggang dr api. Gerindra meskipun adalah partai dg dukungan dana terbesar dalam pemilu kali ini hanya memperoleh 4%an suara, sedangkan Hanura dapat 3%an suara. sebenarnya lumayan utk ukuran partai baru, tapi tetap aja komandan kedua partai tsb tak puas. mereka lupa akan track record masing2 dalam perjalanan karir politik mereka, ketika sejarah pernah mencatat masa paling kelam yg pernah dialami oleh bangsa ini. akhirnya, basa-basi seputar popularitas masing2 komandan partai membawa kepada kesimpulan bahwa pemilu sekarang ini tak lebih dari pertarungan pengaruh dan popularitas belaka.

hasil pemilu sudah jelas, hanya menunggu formalitas utk mengesahkannya. kini, sapa yg akan menjadi kepala suku Republik ini utk 5 tahun kedepan pun sudah kelihatan bentuknya. aku pribadi setuju dg pernyataan pak Amien Rais : kalau tak ada "gempa tektonik politik" yg luar biasa besar, yg bisa menimbulkan tsunami politik yg sanggup menghancurkan semua sumberdaya2 si segitiga mercy, maka dipastikan SBY akan tetap melenggang dan bersemayam di istana negara utk 5 tahun kedepan.
aku dan mungkin juga masyarakat Indonesia pd umumnya cuma bisa berharap, sapapun yg akan terpilih nanti, hendaknya pihak yg kalah mesti legowo, berlapang dada menerima kekalahan. belajarlah dr Jhon Mc Cain yg menerima kekalahannya dg lapang dada, dan mengajak semua pendukungnya utk membangun negeri mereka bersama-sama dg Obama. hendaknya yg kalah nanti juga demikian, silakan kembali di 2014 tatkala SBY tak bisa tampil lagi. mari menciptakan iklim politik yg kondusif, prioritaskan kepentingan nasional diatas kepentingan individu/golongan/lembaga, mari bersaing secara jujur dan sehat, berilah rakyat pembelajaran dan teladan politik yg baik. dan semoga presiden terpilih nantinya sanggup membawa negeri ini kearah yg lebih baik lagi, dimana birokrasi yg bersih, supremasi hukum, pemberantasan korupsi, dan kesejahteraan yg merata diseluruh pelosok negeri yg menjadi cita2 rakyat dapat benar2 tercapai. semoga

Rabu, 15 April 2009

vegetarianisme - my way of life

dulu, sedikitpun tak pernah tebersit dalam pikiranku utk menjadi vegetarian. walopun cuma lacto-ovo vegatarian, level paling rendah dlm 3 level vegetarian. bagaimana mungkin aku yg begitu hobi makan daging ayam bisa berhenti, diganti dg sayur yg tak begitu kusuka. dulu prinsipnya adalah tiada hari tanpa daging ayam, alias tiada hari tnpa ayam goreng. apalagi kalo diajak paman ma tante ke KFC, CFC ato sebangsanya yg dulu lg ngetop2 nya. hati pasti seneng banget bsa mempertemukan gigi2 karnivoraku dg paha2 ayam KFC yg gresssss banget.
tapi itu dulu sobat...

perubahan itu dimulai tatkala aku memasuki tahun keempat hidup dilingkungan pasar tradisional ditempat tante. apalagi kios2 pasar itu semuanya dibongkar utk diremajakan, dibangun ulang dg konsep pasar modern dg desain yg lumayan bagus utk ukuran pasar yg dulunya amat kumuh itu. pondok2 penjagalan hewan spt ikan dan ayam direlokasi kesepanjang jalan ditempat tinggalku. pondok2 itu dibangun berjajar didepan rumah tante, sehingga setiap hari, sepanjang hari yg tersaji adalah pemandangan yg mengerikan disitu, yaitu pembunuhan dan pembantaian massal thd hewan2 spt ikan dan ayam tsb.
suatu hari ditahun 2004, aku berjalan keluar rumah
utk membeli sesuatu, melewati pondok2 penjagalan ayam dan ikan tsb. hati sungguh teriris, iba, dan kasihan ,menyaksikan bagaimana hidup ikan dan ayam2 itu berakhir secara tragis disitu. aku menyaksikan dg mata kepalaku sendiri bagiamana mereka dibantai secara sadis, bagaimana mereka melawan, memberontak dg tenaga yg tak seimbang dg penjagalnya. bagimana mereka melompat-lompat berusaha sekuat tenaga mempertahankan hidup hingga tetes darah penghabisan, saat mata pisau dg kejam mengiris leher mereka, hingga mereka terkulai lemah tak berdaya disitu, karena sudah kehabisan darah, bagiamana ayam2 itu direbus disebuah tungku air yg panas, bagaimana mereka dikuliti, dimutilasi hingga puluhan bagian sesuai kehendak pembelinya, sungguh mengerikan sobat..




aku introspeksi diri. aku tak bisa lagi membiarkan darah yg tersimbah ditempat penjagalan itu ikut mengalir didalam darahku, karena ikut memakannya. ini tak patut, hanya demi memuaskan nafsu selera makanku, mereka harus mengalami nasib seperti itu. maka, saat itu, aku membulatkan tekad, berikrar utk tidak memakan daging apapun, aku putuskan utk menjadi vegetarian, lacto-ovo vegetarian.
awalnya banyak yg tak setuju, banyak saudara2 ku, mulai dr paman, bibi, tante, dan lainnya menyuruhku utk mengurungkan niat utk berpantang daging, mereka dan beberapa orang tetangga ku bahkan sampai mengolok-olok, menghujat, mengataiku udah gila, bodoh, dan udah dicuci otaknya oleh pendeta2 vihara maitreya, dan beberapa diantaranya terkesan mejaga jarak, mungkin karena takut aku pengaruhi.
ajaran budha maitreya dan sakyamuni emang menganjurkan umatnya utk berpantang daging. tapi aku waktu itu masih belum memikirkannya.
aku bahkan jarang kevihara, paling sering sebulan sekali ato dua kali waktu itu, dan tak pernah sama sekali ikut mendengarkan ceramah ato khotbah dharma, keputusanku utk menjadi "vegie" murni datang dr dalam hatiku sendiri,karena pengaruh prosesi penjagalan tsb. aku ingin menghormati setiap nyawa kehidupan yg ada dibumi, termasuk mereka, hewan2 itu.

awalnya mama juga tak setuju. beliau bersikeras melarangku bervegie. apalagi statusku sbg anak laki2 satu2nya turut memberatkan kondisiku. namun akhirnya beliau luruh juga, setelah melihat perubahan sifatku yg mendadak lebih sopan dan penurut. plus kakak, anak kesayangan beliau ikut join. maka aku dan kakak kini satu kongsi : lacto-ovo vegie. lama2 akhirnya mama setuju juga. beliau cuma mewanti "kalian tak boleh jadi vegan". hidup kemudian berjalan lebih tenang dan damai dg keluarnya mandat mama tsb.

aku tak pernah memikirikan untung-rugi menjalani pola hidup yg baru ini. jika nanti aku tau kalo pola hidup vegie itu sehat, berguna bagi kesehatan, maka bagiku itu hanyalan bonus. dan kemudian kalo aku ketahui dr pemberitaan2 kalo vegie itu ikut membantu dlm mengurangi efek pemanasan global, salah satu solusi terbaik utk krisis air dunia, dan sebagainya karena keselarasannya dg alam, bagiku itu juga hanyalah tambahan bonus aja. motivasi terbesarku adalah bahwa aku tak ingin turut serta menjadi bagian dr pembunuhan hewan2 itu karena memakannya.

tulisan ini tak bermaksud utk mengajak ato memprovokasi temen2 yg non vegie. ini hanyalah sebagai sharing ide dan pengalaman belaka. aku mengerti setiap orang memiliki pola pikir dan cara pandang yg berbeda thd segala sesuatu, termasuk didalamnya mengenai hak asasi hewan. dan untuk semua perbedaan pandangan itu, aku pribadi mengerti dan memaklumi.
aku hanya berharap dan berdoa agar aku bisa selamanya menjalankan pola hidup vegie sampai akhir hayat. dan semoga aku bisa. salam damai

aku (tak) akan sendiri (chapter 3)

selat akar juga adalah desa pesisir pada umumnya, yg mana laut adalah "tambang minyak" bagi mereka. bedanya dibanding daerah pesisir lain adalah peradaban desa ini dibangun disepanjang daerah aliran sungai selat akar, berbeda dg desa seperti kuala asam, teluk belitung, mengkilau, maupun desa pesisir lainnya yg peradabannya dibangun disepanjang bibir pantai. kondisi tanah didesa ini sedikit lebih buruk ketimbang tanah dikampung kami, tanah disini adalah tanah berawa hutan bakau yg lembek dan bergelombang, sehingga penduduknya harus mereklamasi tanah dikampung ini utk dijadikan jalan dan disemenisasi, dan jalan tsb layaknya jalan dikampung kami, juga satu2 nya jalan didesa ini, yg belum lama disemenisasi. PLN tak masuk sini, nampaknya kacab PLN kabupaten Bengkalis pening memikirkan bagaimana caranya menyambungkan kabel dr bengkalis ato teluk belitung kedesa ini, pening memikirkan berapa nilai investasi yg diperlukan utk pengadaan genset, tiang2 listik hingga kabel2 nya. melihat jumlah penduduk yg tak begitu banyak dan medannya yg sulit, maka analisis kelayakan bisnis oleh kacab tsb membawa kesimpulan bahwa PLN akan rugi. maka, desa ini pun tak dialiri listrik. untung saja, penduduk desa ini lumayan sejahtera, sehingga hampir setiap KK memiliki mesin diesel sbg pembangkit listrik, sedangkan bagi yg tak punya mesin cukup memohon kemurahan hati tetangganya utk membolehkan dirinya menyambung kabel utk mendapatkan aliran listrik sehingga merdeka dr hidup dizaman batu.

penduduk desa ini mayoritas adalah suku "Asli" dan hanya sedikit orang etnis tionghoa. dimataku suku asli ini amat unik. mereka secara morfologis sangat mirip dg orang melayu, namun mereka sangat lekat dg budaya orang tionghoa. bahasa pergaulan mereka adalah bahasa melayu suku asli. jika orang melayu menyebut mereka dg "mike", maka org asli menyebutnya dg "mikak", kalo org melayu bertanya mau kemana dg "nak kemane", maka org asli akan bertanya dg "nak kemanak", namun meskipun sedikit berbeda, kedua bahasa ini sangat mirip logat melayunya. masyarakat suku Asli melaksanakan semua ritual layaknya orang tionghoa. mereka punya toa pek kong, beragama Budha, dan merayakan imlek. akhirnya akupun berhipotesa, agaknya mama kami adalah keturunan suku Asli, maka nampaknya kami, anak2 nya adalah blasteran orang asli dg orang tionghoa. pantesan!, banyak yg bilang kalo aku ini tak terkesan spt orang tionghoa, mereka bilang aku lebih mirip orang batak (karena tampangku yg keras), banyak yg bilang aku mirip orang nias (karena kulitku putih), ada juga yg bilang mirip orang melayu (karena mataku besar). waktu aku sharing masalah ini dg mama dan kakak, mereka bukannya membantu, malah menertawakanku sampai sakit perut. namun meskipun begitu aku tetaplah orang Indonesia, 100 % made in Indonesia.

malam kedua disini aku lalui dg damai. jika malam sebelumnya adalah malam terburuk sepanjang dekade karena aku diserang oleh serangga2 brangsat yg namanya "basat" yg membuatku tak bisa tidur sepanjang malam, menanggung derita akibat rasa gatal luar biasa karena digigit basat2 brangsat itu. malam ini aku bisa tidur dg pulas tapi tak puas. pagi baru ketahuan kedoknya waktu kakak membangunkanku utk mandi pagi, sebab kami akan berangkat keselat panjang via kapal mekar jaya yg membosankan itu.
selesai mengemas barang2 bawaan, aku menghambur kedapur utk mencari kopi, ternyata semua sudah tersedia disitu. nenek membuatkanku segelas sereal dan menyiapkan biskuit2 utkku sarapan. nenek memang selalu begitu, perhatian dan menyayangi semua cucunya. sedangkan kakak tak punya selera utk makan. mungkin takut muntah diperjalanan laut yg akan sedikit bergejolak karena gelombang.

kapal mekar jaya berangkat agak pagi, sekitar jam 7.30. paman, bibi, dan saudara2 sepupu kami mengantar kami kejembatan. aku jadi ga enak, kek bupati aja pake diantar-antar segala. sambil menunggu mekar jaya, aku sempat memotret matahari yg mulai menampakkan diri samar2 diatas jajaran pohon bakau di nunkejauhan sana. langit hari ini cerah, tak ada tanda2 akan turun hujan, maka perjalanan nanti akan cukup aman.
penumpang mekar jaya hari ini tidaklah ramai. aku dan kakak duduk dibagian belakang kapal, didekat ruang mesin, membelakangi jendela yg meniupkan angin dingin halus yg bisa membangkitkan bulu kuduk dan memancing rasa ngantuk.

perjalanan kali ini tak kalah bosannya dg perjalanan hari pertama kemarin, malah nampaknya lebih buruk. untuk pertama kalinya sepanjang sejarah aku merasa mual dalam suatu perjalanan laut. mual karena begitu banyak bau tak sedap yg beterbangan disini, mulai dr bau lantai kapal yg terkontaminasi tanah dan air laut, hingga bau badan penumpang2nya. ternyata diserang rasa mual itu sungguh tak nyaman sobat, bawaannya pengen muntah, tapi tak ingin. otomatis , diserang mual semacam ini menyebabkan list hal2 yg paling kubenci dalam hidup ini bertambah satu nomor kenomor tiga setelah menahan ngantuk dan sakit perut secara terpaksa di urutan 1 dan 2. untuk mengakali rasa mual itu aku coba utk tidur, rupanya sukses pula siasatku itu, aku tertidur hingga kakak membangunkanku karena Selat panjang sudah hampir dipangkal hidung.

kami turun ditempat biasa, dibelakang kedai kopi orang melayu tempat dimana kapal mekar jaya biasanya mangkal. aku dan kakak naik becak kerumah paman kedua kami. tujuan kami keselat panjang adalah utk sembahyang puncak cheng beng yg jatuh esok hari dg objek prioritas adalah "shin cu" papa yg bersemayam dirumah paman kedua kami itu.
selat panjang tidaklah begitu menimbulkan kesan yg dalam buatku, kota ini hanyalah tempat kami suka berwara-wiri waktu kecil dulu. orang tua kami dulu selalu mengajak kami kesini waktu libur sekolah, tempat yg paling kami senangi waktu itu adalah pasarnya karena kami bisa merengek meminta dibelikan mainan kepada orang tua kami, kalo sukses, maka mainan itu akan kami pamerkan kepada teman2 kami disekolah. dasar anak2 ingusan yg sombong. begitulah kami dulu..

karena tempat ini tak terlalu berkesan, maka aku juga tak begitu antusias. aku hanya mengantar kakak keklenteng yg megah didekat pasar utk sekedar melihat-lihat dan sembahyang, kemudian kami pelisiran kepasar sebentar utk mencari oleh2 dan membeli beberapa perlengkapan utk sembahyang esok.
hari ini adalah puncak ritual sembahyang cheng beng bagi orang tionghoa, dg bertempat dirumah masing2, kami bersembahyang utk leluhur kami didepan "shin cu" leluhur kami. seperti biasa, persembahyangan dimulai dr menyiapkan hidangan dg menu yg bervariasi, menyalakan lilin dan dupa, dan diakhiri dg pembakaran kertas kim dan gun.

akhirnya lengkap sudah keseluruhan round down acara sembahyang cheng beng tahun ini. aku dan kakak pun bersiap kembali kekota kami masing2.
kakak berangkat lebih awal, yaitu jam setengah sebelas pagi. kakak bermaksud berangkat jam 1, agar bisa bareng dgku kepelabuhan karena aku juga pulang jam 1. namun, tak ada kapal tujuan Batam yg berangkat jam 1, adanya jam 10.30 dan jam 2 an. kalo milih jam 2, kakak bisa mati kebosanan. maka akupun menyarankannya utk ambil jam 10.30 aja. dan kemudian aku mengantarkannya kepelabuhan hingga kedepan pintu kapal batam jet yg laju itu.

aku sendiri pulang jam 1.30. kali ini aku kembali dapat tiket garuda yg telah dibeli kakak pas hari pertama beliau sampai diselat panjang. aku diantar oleh pacar adik sepupuku. aku check in, menitipkan bagasi, kemudian menghambur kerumah makan disamping ruang tunggu utk makan siang, karena teringat malam ini akan berfutsal ria dg temen2 kampus, maka aku tak boleh tidak utk makan siang.
selesai makan, aku langsung masuk kespeed boat garuda. mengambil kursi dibagian belakang dan duduk didekat jendela agar bisa melihat laut.

kapal berangkat tepat jam 1.30. aku layangkan pandangku kelaut lepas didepan sana, dan mengucapkan selamat tinggal kepada selat panjang, kepada selat akar, dan tentu juga kepada kuala asam
dalam hati, mengatakan kepada mereka bahwa aku akan kembali lagi tahun depan. tapi kali ini aku tak akan datang sendiri, setelah apa yg kurasakan selama perjalanan ini, aku merasa perlu utk kubagikan perasaan itu kepada seseorang. seseorang yg akan kugandeng tangannya melewati jalan tapak demi setapak di kampung kami, melihat indahnya matahari terbenam dan gelombang2 kecil yg saling berkejar-kejaran dijembatan tempat aku dulu sering berenang, mendengarkan nyanyian tuan2 burung camar bersama-sama, akan kukenalkan padanya hewan2 kecil yg menari-nari indah dipantai yg mengiringi surutnya air laut, seseorang yg akan kuceritakan padanya kisah saddy ending musim gugur 1992, yg akan meremas kuat kedua tanganku, menguatkanku ketika aku down. aku tak ingin lagi bergeming dg netralitas, akan kucari sekeping puzzle yg akan melengkapi puzzle hatiku yg belum sempurna. semoga aku bisa menemukkannya, ataukah aku sudah menemukannya?

Rabu, 08 April 2009

memories (chapter 2)

paman amat senang dg kedatangan kami. mungkin karena beliau udah lama tak berjumpa dg kami : aku dan kakak. sehingga intuisi seorang paman menyulut rasa rindu didalam hatinya, dan terlepaslah kerinduannya itu kini. satu2 nya hal yg memeningkan kepalanya adalah mengetahui bahwa aku dan kakak kini ternyata udah menjadi manusia herbivor, tak lagi pemakan segalanya seperti dulu. kini, makanan kami adalah ragam sayur, variasi nugget vegie, apapun, kecuali daging hewan tentunya. kini kami adalah lacto ovo vegetarian. maka, beliau kecewa karena tak bisa memberikan kami pengalaman bersantap sea food ala Selat Akar, hasil tangkapannya dilaut yg meliputi udang bertampang seperti lobster dan ikan2 beragam jenis yg aku tak tau namanya dan juga kadang udang bakau. mendapati kami sedang memasak mie goreng ato nasi goreng vegie didapur, beliau hanya diam sambil menggeleng-gelengkan kepala. mungkin dalam hatinya bertanya : apa yg telah direnggut Budha Maitreya dr keponakan2ku ini??

alur selanjutnya setelah makan malam adalah acara "gotong royong" melipat kim dan gun yg akan disembahyangkan besok dimakam papa. kim dan gun kami lipat menyerupai bentuk mata uang perak yg berlaku di tiongkok tempo dulu, sebelum uang kertas dan logam ditemukan. ada juga kertas bulat sebesar telapak tangan bermotif lingkaran setengah penuh disekeliling sisinya yg dilipat menyerupai bunga teratai. semua ini adalah ide kakak utk memudahkan dan mempercepat proses pembakarannya besok. walaupun agak ribet dan membosankan, tapi tak mengapalah, ngomong2 bisa buat olahraga jari jemari dan terapi kesabaran.

pagi yg dinanti-nanti akhirnya tiba juga. pagi disini dingin, mungkin karena buaian manja angin laut yg sedang bertiup kencang. matahari perlahan-lahan muncul dari ufuk timur sana. sempat aku berpikir : tak bosan2 kah matahari bertingkah seperti itu?, pagi terbit ditimur, dan jelang twilight tenggelam lagi dibarat, menyambut pagi belahan bumi yg lain. seperti begitu selalu, setiap hari, sepanjang masa. sungguh tolol bertanya seperti ini. tidak sadarkah aku, kalo matahari sampai bosan, masih bisakah kita hidup? masih bsakah kita bersandiwara sekehendak hati didunia? kalo itu yg terjadi bukankah itu yg disebut orang2 sebagai akhir dunia? : kiamat. dasar orang gila, sempat2 nya berpikir seperti itu. beginilah pikiran orang yg tidurnya terlalu lambat, dan sok rajin bangun cepat2, dan belum mandi pagi.

paman meminjam pompong milik temannya utk mengantar kami kekampung. pompong miliknya rupanya sedang dalam pemeliharaan rutin musiman, alias lagi turun mesin. rata2 nelayan disini tidak melaut pd waktu seperti ini, saat angin bertiup lumayan kencang, sehingga banyak diantara mereka yg memilih utk melakukan semacam pemeliharaan thd pompongnya.
mesin pompong dihidupkan persis saat kami telah siap memuat barang2 perlengkapan sembahyang cheng beng. fisik mesin itu ternyata amat memprihatinkan. hampir seluruh bagian mesin itu sudah karatan akibat kontaminasi dg air laut dan udara. deru suara batuk2 yg keluar dr knalpotnya seakan ingin memberitahu pemiliknya bahwa ia sudah lanjut usia, dan sudah tiba saatnya utk diganti dg mesin baru, ato paling tidak masuk hanggar utk pemeliharaan.

jarak antara kampung kami dengan Selat Akar adalah sekitar setengah jam perjalanan dg pompong. aku duduk dibagian depan agar bisa bebas melihat laut dan lingkungan sekitarnya. pemandangan paling lazim dilaut saat ini adalah gelombang berukuran sedang yg ntah berawal dr mana saling berkejar-kejaran hingga pecah terhempas oleh akar serabut pohon bakau atau memecahkan diri diujung pantai rawa karena sudah lelah berkejaran, membuktikan bahwa angin laut memang sedang bertiup dg kencang. awan2 kumulus yg bertengger tak jauh dr kaki2 langit membawa kabar bahwa hari ini mungkin akan turun hujan. tapi meskipun begitu takkan mengurangi keindahan yg akan kurasakan hari ini, disana, dikampung halamanku.

kami semua naik dijembatan paman Ahe yg legendaris itu. jembatan ini sudah turun temurun digunakan oleh penduduk seantero kampung manunggu kapal Belitung Jaya yg akan membawa mereka keSelatpanjang. ternyata kami sedikit sial kali ini. jembatan ini sedang dalam perbaikan dibagain pancang tengahnya, sehingga ditengah-tengah jembatan ini terdapat lubang menganga sepanjang hampir 5 m. satu2 nya alat yg bisa kami gunakan utk menyeberang adalah sebuah papan kayu lumayan tebal yg hanya berdiameter sekitar 50 cm yg membuat jantung kakak dan bibi hampir2 copot sewaktu menyeberanginya. untung saja claustrophobia ku tak parah2 amat, sehingga aku bisa menyeberang dg lumayan santai.

aku dan kakak berjalan kaki 2 orang diri menyusuri jalan semenisasi yg merupakan jalan satu2 nya yg ada dikampung kami. sobat tentu mahfum kalo melihat kondisi geografi kampung kami yg letaknya dibibir pantai dan tanahnya berawa, sehingga penduduk kampung tak berani meminta dibuatkan jalan yg banyak kepada pemerintah. takut disemprot dg mata kuliah analisis kelayakan proyek oleh dinas2 terkait. maka, jalan inilah yg akan diwariskan sampai 7 generasi berikutnya.
kampung kini sungguh sepi. aura pesimis dan kehilangan jelas terpancar dr suasana yg melingkupinya. kampung ini seperti kehilangan rohnya. ditinggalkan oleh pemuda-pemudinya merantau kekota-kota besar merajut mimpi utk bisa menjadi "orang". kampung ini menemukan kembali gairahnya ketika hari raya imlek tinggal hitungan hari, saat para perantau2 itu pulang utk berkumpul dg keluarga. satu2 nya hal yg nampaknya bisa dijadikan kabar baik adalah ternyata investasi pembangunan rumah2 penangkaran walet tumbuh dg pesat disini. disepanjang bibir pantai, rumah2 walet dibangun berdesak-desakan dg rumah2 penduduk. ada juga yg dibangun agak kedarat, berdesak-desakan dg pohon2 nyiur dan pohon mangga yg tumbuh liar disemak-semak belantara.

ritual cheng beng dikampung kami dimulai dari sebuah pondok kecil yg belum lama dibangun. didalamnya bersemayam dewa Thu Ti Kong yg sedang duduk menghadap kearah sebuah kolam dan pekuburan yg ada didepannya. inilah klenteng sederhana dewa penjaga tanah dan makam ini. berdiri disini, didepan kolam ini membuatku rindu dg masa kecil. otakku secara spontan mereplay semua kenangan yg pernah terjadi disini, bagaimana dulu aku, dan teman2 sepermainan mandi dan berenang dikolam air tawar ini, ancaman pedang rotan dr orangtua kami tak menyurutkan tekad kami utk berenang ria disini. bagaimana kami dulu bersekongkol mencuri buah rambutan, nyiur, dan mangga, bagimana kami bergulat, bercanda, bertengger dicabang2 pohon rambutan dan kemudian terjun kekolam itu, hingga pada akhirnya dibubarkan oleh sang empunya kolam yg memiliki julukan legendaris ; kapitan pattimura.
kapitan pattimura tak lain adalah sesosok yg menakutkan, yg bsa membuat anak2 kecil seperti kami bermimpi buruk malam harinya. beliau berperawakan kurus tinggi, rambut putih halus sepanjang bahu, berkumis dan berjenggot tipis panjang, sosoknya mirip sekali dg master kungfu tingkat tinggi yg kesohor diperguruan silat butong. ciri khasnya adalah selalu menyandang kaus kutang dan celana ikhwan, sebilah pisau yg biasa dipakai orang utk mencari kayu dihutan selalu terselip dipinggang sebelah kanannya. sebatang rokok dji sam soe kretek tangan senantiasa tertancap di pertigaan bibirnya, kadang dikiri, kadang dikanan. beliau secara misterius muncul disitu utk membubarkan puluhan ekor homosapiens yg mengotori kolam air tawarnya, sedikit saja semburan asap rokok keluar dr mulutnya sudah membuat kami lari pontang-panting menyelamatkan diri dr kemungkinan kena tempeleng oleh si kapitan pattimura. kalo sampai kena tempeleng oleh kapitan pattimura sobat, besok, waktu jam keluar main sekolah, jangan coba2 engkau menampakkan batang hidungmu didepan khayalak kalo tak kuat mental menahan malu karena akan diolok-olok oleh murid2 dr kelas 1 hingga kelas 6 yg bisa menghilangkan selera makan siangmu.

selesai berurusan dg dewa thu ti kong, kami kemudian berjalan lagi agak 200 m menuju makam papa. sepanjang jarak 200 m itu, disebelah kirinya adalah pemakaman dg sebagian besar nisan dibangun dg begitu indahnya. nampak sekali kalo sang anak berusaha menunjukkan baktinya dg membuat nisan yg megah dan indah utk orangtuanya yg udah lama minggat dr dunia fana. sedangkan disebelah kanan adalah deretan pohon mangga sebanyak 7 pohon dan semak2 belukar yg kami sebut 7 pohon. daerah sekitar 7 pohon ini adalah salah satu yg terangker dikampung kami. konon, bnyak orang yg pernah suicide disana. maka, kami tak pernah sekalipun mau main disana, apalagi sampai nekat mencuri buah mangganya. kami tak berani berurusan dg hantu2 yg gentayangan disitu. pikir kami, kalo mau uji nyali cukuplah berurusan dg si kapitan pattimura saja, jgn dg penghuni2 7 pohon itu.

makam papa terletak disebelah kiri berjarak 1 makam tepat dipersimpangan jalan keteluk belitung. makam papa masih belum bernisan. bukannya kami tak berbakti sobat, papa juga akan ngerti kalo kami masih berat diongkos. tapi, suatu hari nanti kami pasti akan mempimp up makam itu dg tak kalah indah dg makam2 yg sudah ada.
aku membabat-babat rumput yg sudah mulai tumbuh panjang diatas makam papa dg sebilah parang yg tadi aku pinjam dr salah seorang saudara kami. sedangkan kakak sibuk dg urusan menyiapkan alat2 sembahyang ; menyalakan lilin, membakar hio dan mengatur kim, gun, dan aksesori lainnya utk dibakar nantinya. ternyata mood langit susah dibaca hari ini, sebab panas terik dan mendung saling muncul silih berganti dalam tempo yg sulit diukur. aku kemudian dipanggil kakak utk membakar hio dan berucap dlm hati kepada papa bahwa kami sudah datang utk bersembahyang ceng beng utknya, aku harap apa yg kami sembahyangkan ini bisa diterima olehnya didunianya dan meminta maaf bahwa kali ini aku tak bisa membawa adik kami karena ia sedang ujian. aku yakin papa ada disana, menyambut kami, anak-anaknya pulang utknya.
lalu, aku dan kakak lalu menempelkan kertas berwarna-warni diatas makam papa, inilah yg disebut dg hian cua. kemudian memulai ritual pembakaran kim dan gun yg telah kami lipat diselat akar dan aksesori lainnya didepan makam papa. paman dan bibi kemudian bergabung dg kami, membantu kami membakar benda2 sembahyangan tsb. ditengah-tengah ritual pembakaran itu, aku tak kuasa menahan air mata yg turun membasahi dan membuat merah kedua mataku. aku sedih terkenang musim gugur 1992, sedih karena ia begitu cepat meninggalkan kami, sedih karena kepergiannya membuat kami semua tercerai berai, dan kini betapa aku sangat merindukannya. namun akhirnya aku sadar, aku tak boleh terus berkutat dg masa lalu, aku tak ingin papa, mama, kakak, dan adik sedih karena aku jadi demikian lemah. demi mereka aku harus tegar dan kuat.

akhirnya ritual usai sudah. kami menunggu hingga api melalap habis semua yg kami hidangkan utknya. dg sikap anjali aku dan kakak permisi pada papa. mengatakan padanya bahwa kami akan kembali lagi.
sekarang aku ingin mencari teman2 lama utk bernostalgia. aku dapati seseorang sedang memanggil-manggil namaku. oh, si ali rupanya. akupun lalu langsung nyelonong masuk kedlm rumahnya. sedangkan kakak, bibi, dan paman pergi kearah hilir, keseberang sungai utk silahturahmi dg saudara2 dr pihak mama.
sebenarnya antara aku dg ali masih ada hubungan saudara. sepertinya asal muasal persaudaraan itu terjalin karena kakekku dg kakeknya adalah adik beradik, tak tau sapa yg lebih tua. aku tak mau pusing memikirkannya. didalam rumah ada ibu si ali, juga abgnya yg paling tua, dan juga adik perempuannya yg sudah menikah beberapa waktu lalu. ibunya kemudian berbaik hati memasakkan makan siang utkku.
selesai makan siang aku dan ali pergi ke jembatan belakang rumah teman kami si atan yg nampaknya juga masih saudaraan dg kami. riwayat persaudaraan kami dg si atan ini juga tak kalah simpelnya sebagaimana aku dg ali. yaitu mungkin kakek kami bertiga bersaudara secara kontan.


rumah atan adalah rumah penduduk kampung pd umumnya. terletak dibibir pantai, dg pondasi rumah dipancang kuat didalam pantai laut yg berlumpur itu. dibelakang rumahnya ada peternakan babi dan ayam, terus lagi ada jembatan sepanjang lebih kurang 50 m tempat sang tuan rumah memangkalkan sampan dan membongkar hasil tangkapan ikan. kami menemui atan didekat bibir jembatan itu, ia sedang sibuk menjahit jaring2 penangkap ikannya yg udah putus. aku dan atan udah lama tidak bertemu, mungkin udah lebih dari 7 tahun. maka, ini nampaknya akan menjadi nostalgia yg mengasyikkan. seperti biasa nostalgia dimulai dg basa-basi seputar masalah pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal dipekanbaru hingga merangkak ke hal2 yg sifatnya lebih pribadi semacam cerita tentang asmara. atan kemudian berjalan kedapur rumahnya utk mengambil secangkir kopi utk ku.
aku menghambur kejembatan sebentar. langit kali ini cerah, tak begitu panas. aku putar kepalaku kearah jam 8. otakku kembali secara spontan mereplay kenangan2 yg berlatar belakang tempat diarah jam 8 itu. disitu dulu ada sebuah rumah panggung sederhana tempat seorang bayi laki2 satu2 nya dlm keluarga itu dulu berteriak memaki-maki bidan karena mengeluarkannya secara kasar dr rahim mamanya. disana lah dulu aku lahir, merangkai cerita2 indah masa kecil, bersembunyi diketiak mama saat petir menyambar kuat. disanalah segala kiprah keberandalan masa kecilku dimulai yg membuat namaku tenar diseantero kampung. kalo mama bercerita tentang masa kecilku, bagaimana ekspresi ku waktu dulu yg seperti lutung ditinggal lari bininya kawin lagi ketika aku jatuh dipantai laut yg berlumpur, bagaimana dulu aku hampir hanyut dibawa air laut karena terjatuh saat air sedang pasang tinggi, dan bagaimana riwayatnya tetangga2 rumah menjulukiku anak babi hutan karena tabiatku yg bsa merisaukan pikiran para orang tua seantero kampung karena suka berkelahi dg anak2 mereka, maka berturut-turut, mulai dr nenek, bibi, kakak, calonnya, dan adik akan tertawa sampai berguling-guling. sedangkan aku hanya bisa menyunggingkan senyum lebar2, terpojok, berusaha sekuat tenaga menguningkan muka yg terlanjur merah karena menanggung malu akibat aib dibuka mama didepan khayalak.


kemudian aku putar kepalaku kearah jam 3. disana, dijembatan itu adalah tempat dimana dulu kami biasanya berenang kala air laut sedang pasang tinggi. kami melompat, terjun dg gaya sebebas-bebasnya. main petak umpet, kejar2 an, lempara2an tanah berlumpur milik pantai laut, adu 'sprint' 100 m, hingga bergelantungan dikayu2 dibawah jembatan seperti sekawanan lutung yg bergelantungan dipohon2 nyiur didarat sana. aku bawa kenangan2 itu kembali, aku terdiam, tertegun menyadari betapa kini semua telah begitu jauh berbeda. disana, diarah jam 8 itu, tak ada lagi rumah disitu karena udah lama dibongkar dan telah rata dg panatai laut,yg ada kini hanyalah deretan pohon bakau yg masih muda yg tumbuh persis dibawah rumah kami dulu. disitu, diarah jam 3 itu, tak pernah lagi ada anak2 kecil yg berenang, bersuka cita dilaut seperti kami dulu. aku tertegun, menyadari para sahabat masa kecilku banyak yg udah bermigrasi kedaerah lain, melihat bagaimana nasib mereka yg tersisa disini berakhir dipeternakan babi dan jaring2 penangkap ikan. terkejut karena sahabat2 'laskar pelangi'ku itu ato bahkan yg lebih muda dr ku sudah banyak yg menikah, walaupun masih ada juga beberapa diantara mereka yg jadi bujang lapuk, alias tak kawin2 juga walaupun umur udah jauh melesat melewati persyaratan.
tapi, aku bersyukur karena terlahir disini, ditempat yg luar biasa ini yg memberiku pengalaman dan cerita masa kecil yg begitu indah dan berwarna. aku bersyukur memiliki papa, walaupun cuma sebentar, memiliki mama, kakak, dan adik. bersyukur bsa tumbuh bersama-sama dg sahabat2 kecilku. semua lembaran2 kenangan yg pernah terukir bersama mereka akan kusimpan erat2 didalam hatiku dan akan kukenang sepanjang masa.


aku tenangkan diri. aku teguk segelas kopi hitam yg telah disiapkan oleh atan. kami kemudian bercengkerama lagi. membuat lelucon utk saling menertawakan. aku dan ali kemudian pamit. karena aku tak bsa lama2 disini karena harus kembali lagi ke selat akar. kamipun kembali ke rumah ali, duduk diberanda rumahnya dg kembali ditemani oleh segelas kopi. ali adalah salah satu teman sekelasku waktu sd dulu. aku agak risau dg kondisi morilnya sekarang. nampaknya, sahabatku ini mulai sedikit kehilangan kewarasannya. dia selalu saja bercerita tentang mimpinya yg isinya tak lain tentang 7 orang dewa yg menusuk perutnya sebanyak 7 kali dg pedangnya. kalopun bukan 7 orang, yah pasti 5 orang dewa menusuk perutnya 5 kali pula. aku perhatikan wajahnya, melihat kedalam matanya. sungguh kasihan sahabatku ini, umurnya 5 tahun lebih tua dariku, tapi pola pikir dan cara pandangnya masih seperti dia smp dulu. aku bertanya-tanya dlm hati makhluk macam apa yg telah merenggut kenormalan pikiran sahabatku ini, mengapa gerangan dia menjadi seperti ini sekarang. suara kakak yg memanggilku pelan namun dekat membuyarkan lamunan ku tentang sahabatku ini. akupun permisi dan berterima kasih pada ali dan ibunya, utk kemudian kembali keselat akar via pompong teman paman kami itu.

Minggu, 05 April 2009

the journey (chapter 1)

hari ini Sabtu, 1 April '09, raungan lagu Jay Chou, OST Kungfu Dunk, yg aku set sbg alarm signal dihpku yg sudah snooze kurang lebih setengah jam kembali merusak tidurku yg nyenyak utk yg kesekian kali. akupun bangun secara terpaksa. early morning blue, OST Kungfu Dunk, dan lagu2 dangdut yg diputar oleh tukang jual VCD bajakan d samping rumah adalah orkestra selamat pagi yg senantiasa menyambut bangunku setiap pagi, setiap hari. lalu segera di telah mentah2 oleh early morning red karena aku ingat satu hal : balek kampung. akupun jadi lebih semangat lebih dari pada biasanya hari ini.
aku batal sarapan pagi ini, mie instan vegie yg kumasak ternyata sudah dirasuki semut. tapi tak mengapa, sebagai gantinya aku buat segelas soya bean dan menjejali lambungku dg beberapa keping biskuit. jadilah, utk tidak sampai kelaparan diperjalanan ke Selatpanjang.

kalo diukur-ukur, kampung kami yang kecil itu, Kuala Asam, yg bahkan dipeta Kabupaten pun takkan nampak pangkal hidungnya, berarah sebelah timur dari Pekanbaru, tepatnya dari tempat dimana aku tinggal. dia terletak dikepulauan Merbau, dengan Ibu kota kecamatannya adalah Teluk Belitung, berada dalam satu gugus kepulauan Meranti, yang baru saja mendeklarasikan diri berpecah kongsi dengan Kabupaten Bengkalis, dan telah disetujui pula oleh wakil-wakil rakyat yang terhormat dinunsenayan sana. kepulauan ini, Merbau, Rangsang, dan Tebing Tinggi yang kemudian disingkat Meranti merupakan daerah kepulauan Melayu. penduduknya didominasi secara dominan oleh suku Melayu dan etnis Tionghoa yang hidup berdampingan dengan damai.

pagi ini cerah sekali, tak ada yg kurisaukan sebenarnya selain sakit perutku ini. maka, ku luangkan waktu sebentar utk berurusan dg kamar mandi barang 10 menit.
ku sabet koper dan tas ranselku dan turun kebawah, menghardik si Bobby, salah satu karyawan toko tante utk mengantarku ke pelabuhan. mendengar hardikanku, maka meluncurlah makian2 bernada bercanda dari mulut monyongnya itu, seperti biasa kalo aku merepotkan dirinya yang sepanjang hari emang sibuk. namun, karena merasa banyak berhutang budi padaku, maka diantarnya juga walaupun sepanjang jalan mulutnya tak berhenti mengomel dan komat-kamit menyesali keputusannya. aku tokok kepalanya serta merta, menjanjikan traktiran teh telur kesukaannya waktu aku pulang nanti. maka, berhentilah dia mengomel dan menyunggingkan senyum, menyeringai memamerkan gigi2nya yg mirip herbivora kepadaku. perangai yg benar2 membuatku dongkol.. dasar preman Gunung Sitoli!!!

pelabuhan Sungai Duku tidak lah ramai seperti lazimnya sebuah pelabuhan. oh, pantesan, rupanya kapal2 cepat tujuan Bengkalis udah berangkat jam 8 tadi, kapal tujuan Malaka juga sama, udah berangkat, dan penumpang2 tujuan Selatpanjang juga udah masuk kespeed boat Garuda. aku buru2 check in, dan menitipkan bagasi. bergegas masuk keGaruda. aku duduk dikursi bagian belakang, karena didepan udah pada penuh. Garuda berangkat jam 9 lewat sikit, menyusuri sungai Siak yg konon merupakan sungai terdalam diSumatera bahkan diIndonesia ini dengan kecepatan penuh. gelombang berukuran sedang yg ditimbulkannya meningkahi sampan2 nelayan tradisional yg sedang menangkap ikan atopun sekedar menyeberang keseberang sana. sepanjang DAS ini, bercokol dg enggan deretan rumah2 panggung yang miring seperti akan ditelan oleh sungai tersebut. inilah yg disebut pengamat perkotaan sebagai daerah pinggiran, kawasan kumuh, dimana sungai bagi penduduk2nya adalah segala-galanya, sumber penghasilan dan MCK.

kegiatan selanjutnya adalah mobilisasi massal para penumpang Garuda ke bus yang sudah menunggu kami diPerawang. dengan 2 buah bus berkapasitas masing2 sekitar 50 penumpang kami diangkut menuju Buton, pelabuhan dimana kami akan naik speed boat lagi menuju destinasi terakhir : Selatpanjang. rute Pekanbaru-Perawang-Buton-Selatpanjang ini adalah rute yg paling lazim digunakan oleh orang2 pesisir yang ingin pulang kampung, dan satu2 nya rute yg dipakai oleh MV Garuda dalam bisnis jasa pengangkutan penumpangnya. mobilisasi kami kali ini, dari tempat bus berhenti ke Speed boat sedikit lebih lama. kami harus berjalan sekitar 500 m. tapi bagiku jarak ini tak sampai merisaukan otot2 kakiku. sebab, didepan sana, terhampar luas laut berwarna hijau muda persis seperti laut dikampung kami. melihatnya membuatku merasa tenang, aku tak punya alasan utk menjelaskan mengapa aku merasakan ketenangan ini. yang aku tau, aku adalah seorang anak pesisir yang menyukai laut, pantai, hutan, dan hasil karya cipta alam lainnya.

aku tak sabar ingin cepat sampai diSelatpanjang. aku tak sabar ingin bereuni lagi dg kakakku, kakak terbaik diseluruh dunia. kakak yang seumur hidupnya tak sedikitpun pernah memarahiku, walaupun dulu ketika aku kecil, aku sering mengintimidasinya, memarahinya, menyakiti hatinya. tapi ia tak pernah marah, tak pernah benci, atopun apa. kalau dia tak tak tahan dg perangaiku, dia menumpahkan semua emosinya dengan menangis. aku waktu itu bukannya menyesal, malah pergi begitu saja. dasar anak ingusan yg tak tau sopan santun dan tata krama.
kakak memiliki segala syarat utk menjadi anak kesayangan para orang tua. dia berkarakter penyabar, penurut, pendiam, peduli, dan penyayang. maka, tak salah kalo dia selalu menjadi anak kesayangan papa dan mama. sedangkan aku berkarakter bandel, nakal, kurang ajar, rebel, egois, dan arogan, maka tak secuil pun profil kepribadianku yg memenuhi syarat2 menjadi anak kesayangan, keponakan kesayangan atopun apalah. tak ada sobat, tak pernah ada.

kakak menelponku memberu tahu bahwa mereka udah sampai diSelatpanjang. kapal cepat Batam Jet yg mereka tumpangi berangkat lebih cepat sehingga sampainya juga lebih cepat. kapal ini sobat, adalah musuh no 1 para nelayan tradisional. gelombang yg ditimbulkannya sanggup menenggelamkan sampan2 nelayan tradisional dan membuat mereka serasa kehilangan jantung. maka, kalo ada tanda2 kapal ini datang, maka mereka cepat2 mengayuh sampannya agak kedarat, atau memasang posisi menghadap kearah gelombang datang utk meminimalisir resiko. dg posisi itu, paling mereka hanya akan tergoncang2 sebentar dan berdoa agar sampannya tidak terlalu banyak kemasukan air laut, jadi mereka tidak perlu berpeluh-peluh amat membuangnya nanti.

kami tiba diSelatpanjang sekitar jam 1 siang, kapal menepi dipelabuhan Tanjung Harapan. aku mengambil koper. tak perlu repot2 cari ojek. disana, saat kapal berlabuh, sudah tumpah ruah puluhan sopir becak, becak motor dan ojek mengadu keberuntungan sapakah yg akan mendapatkan penumpang lebih duluan. aku langsung mengiyakan tawaran salah satu abang tukang ojek. karena aku ingin bergegas, takut kalo2 wanti2 paman thd kapten kapal Selat Akar agar menunggu kami menguap mentah2 begitu saja. sepanjang jalan, sang abang tukang ojek bertanya, juga kadang2 bernyata memberi info dalam bahasa melayu yg amat kental logatnya, melakukan semacam relationship marketing thd customer (penumpang) nya, yaitu aku. kalo ia bertanya, maka cepat2 kukumpulkan sisa2 vocabulary bahasa melayu yg udah berserak-serak dlm kepalaku karena jarang digunakan utk menjawabnya. tak ingin malu sebenarnya, masa' anak Meranti tak pandai bahasa melayu?

kapal tujuan Selat Akar mangkal di belakang salah satu kedai kopi orang melayu didekat pasar. kakakku menunggu didepan. jelas sekali matanya memancarkan kelegaan saat batang hidungku udah mulai tampak olehnya. saat aku bertransaksi dg abang tukang ojek itu, kakak kemudian menghambur hilang entah kemana, oh, rupanya dia pergi membeli nasi vegie disekitaran pasar. bibiku memberitahu waktu aku bertanya padanya didalam kapal itu. Mekar jaya, oh, itu pula rupanya nama kapal ini, nama kapal ini ditulis sekenanya saja didinding ditengah-tengah ruang kapten kapal. tak berartistik sama sekali
kapal ini tidaklah mirip kapal penumpang seperti umumnya. dari segi ukuran, desain, dan kecepatan, amat jauh kalahnya dg kapal Belitung jaya, yg mengangkut manusia2 dr Belitung, Kuala asam, dan sekitarnya keSelatpanjang. kapal ini lebih terkesan sbg kapal nelayan yg biasanya mencari ikan kepulau-pulau seperti Tanjung Balai Karimun atopun Tanjung pinang.

Mekar Jaya menarik jangkar sekitar jam 1.30 an, melepaskan tali2 yg mengikatnya dikayu2 besar tiang2 pancang yang memang berfungsi demikian. kapal berjalan pelan sekali karena kelebihan muatan. penuh dengan manusia2 dan barang2 yg berserak disekelilingnya, mulai dari beras, indomie, sayur2an, dan segala macam barang lain yang tidak dijual disana. aku bercerita-cerita dg kakak, bibi, dan nenek. kakak menanyakan gimana pekerjaanku, kamipun larut dlm diskusi tentang rencana turnaroundku, tentang adik kami yg kali ini tak bisa ikut karena ujian praktek, tentang rumah kami yg hampir siap utk dihuni. bibi keempat sekaligus bibi terakhir memperlihatkan padaku foto2 pra pernikahannya. oh, akhirnya menikah juga bibi terakhir kami ini rupanya. aku bersyukur dan berdoa utknya semoga semua berjalan sebagaimana yg mereka rencanakan berdua. dan jangan lupa utk mengundangku makan2 nantinya. sedangkan nenek, seperti biasa selalu bertanya tentang cucu kesayangannya, adik kami, mengapa gerangan dia tak bisa ikut kali ini, kemudian menutupi perbincangan kami dg nasehat " selalu lah mengunjungi adik kalian itu", seperti begitu selalu, kalo ngomong dg nenek.

setelah hampir lebih kurang 3.5 jam perjalanan, tanda2 destinasi udah mulai nampak. didepan sana, nampak samar2 muara sungai Selat akar, dan rumah2 panggung tempat para nelayan menaikkan ikan hasil tangkapan, memarkir pompong, kandang ayam, kandang babi, gudang pakan ayam, juga tempat tinggal para penduduknya. kapal semakin dekat, tampaklah disana, paman, bibi, dan adik2 sepupuku menunggu dengan santai dilantai rumah panggung itu. akhirnya kami sampai, kapal merapat disamping pompong milik paman kami. kami turun disitu, diatas pompong itu. paman kamudian turun kepompongnya, membantu kami berurusan dg barang2 bawaan kami yg memang lumayan banyak dan menyunggingkan senyum sbg ucapan selamat datang didesa Selat Akar.