Rabu, 25 Februari 2009

alam telah murka sobat..


tumben setumben-tumbennya, selama seminggu belakangan ini cuaca berubah drastis sekehendak hatinya saja. jika sebelumnya cuaca di kota ini begitu panas, yg membuat aku entah berapa kali dalam sehari memaki mereka yang membabat habis hutan tanpa perasaan, dan siapa aja yang merusak alam semesta ini hingga ia yang dulu begitu ikhlas memberi tempat bagi segala macam makhluk yang ada diatas dan didalamnya untuk tumbuh dan berkembang kini telah menunjukkan tanda-tanda tidak suka kepada mereka yang berkhianat padanya. kini alam tak lagi ramah, sudah terlalu banyak contoh kasus yang menunjukkan bahwa alam itu sedang marah. marah karena pengorbanan nya tak pernah dihargai manusia. marah dan kesal bahwa yang merusak dan menghancurkannya justru adalah tangan-tangan yang seharusnya menjaganya. maka datanglah bencana-bencana itu, pemanasan global, yang kelak akan membuat bumi ini tenggelam terkubur oleh cairan es antartika, gempa bumi, tanah longsor, banjir, tsunami, dan bencana-bencana lainnya yang mengincar nyawa umat manusia. namun hebatnya, meskipun telah di hukum, meskipun telah di peringatkan bahwa tak boleh lagi bermain-main api dengan alam, namun tetap saja tak banyak yang mau belajar. mereka yang sama sekali tidak mencintai alam tetap membabat, menjarah, membakar keindahan kehijauan alam semesta yeng merupakan pondasi bagi kesejukan manusia, sumber pernapasan, dan kestabilan lingkungan. maka alam pun kemudian marah lagi dan lagi. dan hebatnya lagi, kembali tak ada yang mau belajar.

yang mau belajar hanyalah segelintir orang. yang benar-benar peduli juga hanya segelintir dari segelintir orang tersebut. sungguh tak balance antara mereka yang hendak menjaga dengan mereka sang perusak. maka dunia yang indah, asri, dan nyaman kelak hanya akan menjadi sebuah fantasi. kecuali disebutkan oleh para ahli yang berkompeten bahwa dunia akan kiamat 10 tahun lagi jika alam terus dibiarkan rusak dan hancur, barulah semua orang sibuk mencari jalan dan berupaya mengembalikan semua seperti sedia kala. semua akan bergerak kalau nyawa terasa hampir-hampir lunas, karena pada prinsip nya yang paling dasar manusia itu takut untuk mati. maka dia akan melakukan segala daya upaya untuk memastikan bahwa dia tetap akan bernapas untuk setiap detik, menit, jam, dan selamanya kalau bisa. sungguh, dinamika dekadensi moralitas umat manusia benar-benar memprihatinkan.

dan kini aku mendapati diri meringkuk didalam lututku sendiri. memasang formasi bertahan dari serangan malam dingin brutal yang mengincar membekukan darah. melihat kontras mood langit semingguan ini, ketika hari-hari panas yang gerah segera ditelah mentah-mentah oleh hari-hari dingin, mendung berhujan, yang membuat serasa berada di forks, kemudian esok paginya tersentak kaget saat menyadari langit sekonyong-konyong memuntahkan matahari api jingga yang menyengat, yang membuat seolah-olah kota ini tidak dilindungi oleh sesuatu perisai yang bernama ozon. sungguh gila perubahan iklim sekarang, begitu cepat, ekstrim, dan tanpa kompromi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar